I Love Indonesia

Your description goes here

  • RSS
  • Delicious
  • Facebook
  • Twitter

Popular Posts

Hello world!
Righteous Kill
Quisque sed felis

About Me

Popular Posts

Thumbnail Recent Post

Righteous Kill

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Quisque sed felis

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Etiam augue pede, molestie eget.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

Hellgate is back

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit ...

Post with links

This is the web2feel wordpress theme demo site. You have come here from our home page. Explore the Theme preview and inorder to RETURN to the web2feel home page CLICK ...

Archive for 2012


Foto Pakaian Adat Di Indonesia



Foto Pakaian Adat Di Indonesia Ini adalah Foto Pakaian 
Adat Di Indonesia yang ada di blog kami. Bagi anda yang ingin tahuPakaian Adat Di Indonesia sangat pas dengan Foto Pakaian Adat Di Indonesia yang ada di bawah ini.






Terima Kasih anda sudah melihat "Foto Pakaian Adat Di Indonesia" semoga bermanfaat buat anda semua.


Makanan Tradisional Bandung Yang Kian Langka

MAKANAN TRADISIONAL BANDUNGYANG KIAN LANGKA
Oleh : Nugraha Sugiarta
Bandung adalah kota dengan kekayaan kuliner tradisional yang begitu beragam. Sayang, beberapa penganan tradisional tersebut kini sudah semakin langka terlihat. Meski demikian, beberapa diantaranya mulai memperoleh pamornya kembali, terlebih ketika ia semakin banyak dijajakan mulai dari di pinggiran jalan sampai hotel berbintang. Masyarakat Sunda selayaknya merasa bangga terhadap kekayaan kuliner tradisional yang dimiliki. Makanan khas Sunda lain yang memiliki rasa manis (biasanya dikelompokkan sebagai makanan penutup), diantaranya putri noong, kelepon, awug, katimus, misro, dan sebagainya. Ada juga minuman khas seperti es goyobod atau es cingcau. Nah, ini beberapa diantara sekian banyak penganan ringan khas Sunda. Penganan legendaris yang mungkin wajib Anda cicipi, untuk sekadar bernostalgia atau menikmati sensasi kuliner masa lalu Parijs van Java!
Cakue
Penganan tradisional yang terbuat dari adonan yang berbahan dasar tepung terigu ini masih cukup populer dan sangat mudah ditemui. Menikmatinya pun cukup dengan mencocol sang cakue ke saus sambal. Rasanya? Gurih-gurih pedas!
Putri No’ong
Penamaan penganan yang satu ini cukup unik. No’ong sendiri dalam bahasa Sunda bisa berarti mengintip, jadi, penganan ini jika dimaknai secara harfiah berarti seorang putri yang mengintip. Tak ada yang bisa menerangkan, apa penyebab penganan yang satu ini dinamai demikian. Putri No’ong sendiri merupakan adonan tepung beras dan parutan kelapa dengan pisang di bagian tengahnya. Bentuknya bundar dan cukup tebal. Biasanya, ia disajikan dengan baluran kelapa parut.
Awug
Makanan ringan yang satu ini terbuat dari beras dicampur kelapa dan gula merah. Oleh karena itu, ia juga kerap disebut dengan nama awug beas (beas dalam bahasa Sunda berarti beras). Kesemuanya kemudian dikukus dan disajikan hangat-hangat.
Ali Agrem
Ali agrem seringkali disebut pula dengan istilah donat sunda karena bentuknya yang menyerupai kue donat. Ali agrem ini sangat mudah di temuin di warung-warung makanan kecil di pasar tradisional yang terdapat di seentaro parahyangan. Rasanya menjadi sangat khas dan dirindukan karena menggunakan gula merah sebagai pemanisnya. Beberapa sumber menyebutkan, bahwa Ali Agrem adalah penganan yang merupakan hasil transformasi dari dodol Garut yang sangat terkenal itu.
Misro
Sama halnya seperti comro, misro menggunakan parutan singkong sebagai bahan dasarnya, hanya saja, jika comro menggunakan sambal oncom untuk isinya, maka adonan parutan singkong misro yang berbentuk oval diisi oleh gula merah.
Cireng
Penganan ini masih cukup populer dan mudah ditemui, bahkan sudah melakukan berekspansi alias banyak juga ditemukan di kotalain. Cireng sendiri merupakan singkatan dari “aci goreng”. Cireng adalah adonan tepung kanji, tepung terigu, air, merica bubuk, garam, bawang putih, kedelai, dan daun bawang yang ditengahnya diberi sambal oncom kemudian digoreng. Warna cireng umumnya putih.
Colenak
Penganan Sunda memang senang menggunakan singkatan-singkatan dalam penamaannya, tak terkecuali dengan yang satu ini. Colenak adalah singkatan dari “dicocol enak”. Singkatannya yang bernuansa humor tersebut membuat ia mudah diingat oleh siapapun. Colenak merupakan makanan yang dibuat dari peuyeum (tape singkong) yang dibakar kemudian disajikan dengan saus yang terbuat dari parutan kelapa dan gula merah. Makanan khas Bandung ini masih bertahan meski saat ini agak jarang yang menjualnya. Satu hal yang unik, bagi beberapa orang penggemarnya, ternyata bagian tape yang gosong akibat proses pembuatannya justru adalah bagian terenaknya!
Peuyeum
Peuyeum adalah sejenis makanan khas orang Bandung yang terbuat dari singkong yang direbus dan diberi ragi, sehingga hasilnya sangat manis dan berwarna putih seperti ditaburi tepung.
Bandrek
Bandrek adalah minuman tradisional orang Sunda. Minuman ini cocok untuk dihidangkan pada saat-saat yang dingin. Bahan dasarnya yang paling penting adalah jahe dan gula merah, tapi daerah-daerah tertentu menambahkan rempah-rempah tersendiri agar hangatnya lebih terasa. Susu bisa ditambahkan atau tidak, tergantung dari selera. Banyak orang percaya akan khasiatnya untuk penyakit ringan seperti sakit tenggorokan.
Bajigur
Minuman yang terbuat dari santan kelapa diberi gula merah ini biasa diberi bonus tambahan berupa irisan tipis buah cangkaleng (kolang kaling). Bajigur sangat terasa enak dinikmati manakala cuaca sedang dingin. Kepulan asap bajigur yang berbaur aroma daun pandan menyajikan sensasi tersendiri. Biasanya, bajigur dihidangkan dengan ditemani pisang rebus, ubi rebus, dan kacang rebus sebagai camilan


Wow! Bandung Diserbu Orang Jakarta


REP | 25 December 2010 | 20:14Dibaca: 130   Komentar: 8   Nihil

http://matanews.com/wp-content/uploads/Kota-Bandung.jpg
http://matanews.com/wp-content/uploads/Kota-Bandung.jpg
Siang tadi, Sabtu 25 Desember 2010 kami sekeluarga berangkat ke kota kembang Bandung untuk berlibur. Saya kaget juga, selepas tol pondok gede timur jalan tol macet. Banyak mobil yang menuju ke luar kota. Ketika sampai tol padalarang, barulah saya tahu kalau banyak mobil berplat nomor Jakarta hendak menyerbu kota bandung. Hal itu semakin terlihat ketika mereka saling beriringan keluar tol pasteur dan pasir koja. Pergi meluncur ke kota kembang bandung. Wow! Bandung diserbu orang Jakarta.
Bagi saya pribadi, kota bandung menjadi pilihan keluarga kami. Sebab mertua saya orang bandung, dan istri saya adalah asli orang bandung. Jadi setiap kali liburan sekolah, pastilah kami pergi ke bandung mengunjungi mertua. Selain ke rumah mertua, di bandung juga ada kakak ipar saya yang memiliki rumah dan bekerja di kota kembang bandung. Kebetulan rumah mereka saling berdekatan.
Hanya saja hari ini saya dibuat terkejut oleh banyaknya mobil yang menuju bandung yang tidak seperti biasanya. Nampaknya bandung sudah menjadi tempat holiday atau berlibur yang menyenangkan. Saya dengar kabar dari kakak ipar saya, kalau banyak hotel dan penginapan penuh di kota bandung. Banyak orang Jakarta yang berlibur di kota bandung. Sayapun mencoba mengmbil gambar melalui kamera saya, tapi sayang, kompasiana tak mau mengupload gambar saya itu. Ada apa ya???
Tempat-tempat wisata di kota bandung pun penuh sesak dengan pelancong dari luar kota bandung. Hal itu saya lihat dari siaran berita televisi lokal  di bandung tv. Ramai sekali terlihat, apalagi yang berbelanja di factory outlet (benar gak yak nulisnya?). Banyak yang memborong pakaian di pusat perbelanjaan. Banyak juga yang mampir untuk membeli oleh-oleh kue bandung.


Review Sepakbola Indonesia : dari Hendry Mulyadi sampai ke mimpi 2022

Sahabat, sungguh bukan karena saya pesimis dengan ambisi yang dicanangkan PSSI tempo hari itu ketika mereka dengan optimis menyatakan bahwa Indonesia siap untuk menjadi tuan rumah piala dunia 2022. Akan tetapi ini lebih sekedar sebuah review atas apa yang telah dilakukan PSSI demi mewujudkan impian itu.
Ketika kita melihat seorang Hendry Mulyadi tiba-tiba loncat turun ke lapangan hijau, menggiring bola, sampai dirubuhkan oleh aparat keamanan pada saat itu seperti menceritakan secara singkat bagaimana kondisi persepakbolaan Indonesia dewasa ini. Hampir semua sepakat bahwa level sepakbola Indonesia telah jauh tertinggal dari Negara-negara lain bahkan mungkin telah jatuh hingga ke level menyedihkan. Dan kita pun sepakat bahwa tahun 2009 inilah keterpurukan sepakbola Indonesia kian menjadi-jadi. Mulai dari ajang Sea Games ketika Timnas u-23 mencetak prestasi hasil yang sangat menyedihkan yaitu menjadi juru kunci dibabak penyisihan. Rekor terbaru timnas kita yang tidak layak dibanggakan. Kemudian timnas u-19 yang juga gagal pada piala AFC walaupun tim ini masih memiliki harapan. Dan akhirnya pada awal tahun timnas senior kita gagal lolos ke piala asia sekaligus gagal memberikan penampilan yang baik. Penampilan yang membuat Hendry Mulyadi loncat dari tribun ke lapangan utk mengekpresikan kekecewaannya yang sudah kian menumpuk. Ada apa ini ?
PSSSI harusnya bisa berkaca dari hasil buruk yang bertubi-tubi ini. Kritik demi kritik yang datang mestinya sudah bisa diperkirakan apa yang diinginkan oleh rakyat Indonesia. Rakyat atau publik menginginkan perubahan ! itu adalah suatu keniscayan. Apa yang berubah ? Bisa dikatakan banyak Mulai dari sistem kompetisi, pengembangan pemain muda berbakat, Sistem pelatnas yang lebih baik itu hanyalah beberapa hal yang mestinya menjadi fokus pembenahan. Bagaimana dengan wacana pengunduran diri para pengurus sebagai bentuk tanggung jawab ? Hal itu pun mendesak dilakukan. Karena sudah menjadi fakta bahwa dibawah kepengurusan saat ini prestasi Indonesia menurun drastis. Sayangnya PSSI melalui sekjennya Nugraha Besoes justru berkata bahwa soal mundur itu harus sesuai aturan yang berlaku. Kemudian ditambah lagi pernyataan ketua umum Nurdin Khalid yang menandaskan bahwa beliau tidak akan mundur dengan alas an tidak ada hubungannya antara kekalahan Indonesia dengan mundurnya beliau (detiksport jumat 08/01/2010).
Dengan kondisi seperti ini hati saya jadi bertanya pantaskah kita –dalam hal ini PSSI- mengajukan diri sebagai calon tuan rumah Piala Dunia 2022 ? Ini bukan pertanyaan yang penuh dgn perasaan rendah diri tapi lebih kearah tahu diri. Pantaskah kita yang masih belum bisa mencetak prestasi mengesankan, bahkan untuk tingkat regional asia tenggara sekalipun menyatakan diri siap menjadi tuan rumah sebuah event besar sepakbola 4 tahunan itu ? Menjadi tuan rumah Piala Dunia jelas jadi kebangaan besar buat semua negara di dunia akan tetapi jika dipaksakan apakah justru akan jadi cemoohan dari bangsa-bangsa lain ? Padahal kalau mau jujur banyak sekali kekurangan kita disana-sini. Contohnya masalah infrastruktur , kita tahu hanya ada beberapa gelintir stadion bertaraf internasional di Indonesia. Kemudian masalah non teknis seperti transportasi. Kita tidak bisa membayangkan bagaimana macetnya kondisi lalu lintas seandainya ada partai piala dunia di Gelora Bung Karno yang diadakan pukul 5 sore, selain itu juga mungkin bus pemain bakalan terjebak ditengah arus kemacetan hingga pertandingan tidak bisa dilakukan tepat pada waktunya. Dan pertanyaan utama adalah timnas kita, mampukah berbicara banyak pada event itu ? Saya takut bila dengan kualitas seperti ketika melawan Oman bisa-bisa kita jadi lumbung gol untuk tim lain. Dan bukan tidak mungkin akan muncul puluhan Hendry Mulyadi lain nanti. Bukankah itu justru kan lebih memalukan ?
Adalah penting bagi PSSI untuk lebih memfokuskan diri pada pencetakan prestasi bagi timnas daripada sekedar melontarkan wacana yang ambisius. Dengan demikian lebih terlihat bahwa PSSI low profile, dan lebih realistis. Titik Fokus pertama adalah berprestasi pada tingkat asia tenggara guna memulihkan kepercayaan diri timnas yang dulu dikenal sebagai tim yang tangguh. Lebih memperhatikan pada proses bukan pada mencetak hasil yang instan tapi dengan fondasi yang rapuh. Sepertinya Jepang bisa menjadi contoh yang baik. Sebelum J-league dimulai pada tahun 1990 tim-tim Jepang dipandang sebelah mata oleh tim lain, khususnya tim dari timur tengah. Namun perlahan tapi pasti, seiring dengan perbaikan kualitas J-league selaku tempat penggemblengan pemain-pemain local, klub-klub Jepang menjelma menjadi kekuatan yang menakutkan di kawasan asia. Demikian juga timnasnya yang tetap berprestasi dan menjadi peserta piala dunia secara regular.
Akhirnya saya berharap bahwa akan munculnya sebuah gebrakan dari PSSI demi menggapai impian prestisius menuju piala dunia 2022. Terobosan itu akan sulit dilakukan bila tidak dimulai dari diri sendiri seperti kata AA Gym mulai dari diri sendiri. Para pengurus, legawalah bahwa hasil-hasil buruk ini juga menjadi tanggung jawab anda sekalian. Mundur bukanlah kekalahan tapi adalah suatu sikap moral yang baik atas dasar tanggung jawab. Saya dan saya yakin juga Hendry “eji” Mulyadi dan para supporter Indonesia masih memimpikan sebuah timnas yang membanggakan, berkelas dan pantang menyerah dalam menghadapi lawan. Semua itu bukan hil yang mustahal tapi sekali lagi perlu kerja keras dari kita khususnya PSSI.


Karinding

Catatan ini sebenarnya tulisan lama, sekitar 5 tahun lalu, yang saya buat untuk suatu keperluan. Saat itu fenomena lounge music atau chillout music sedang mewabah dan setiap saat saya mendengarkan drone atau dengungan alat musik purba dalam musik-musik elektronik modern dari seluruh dunia. Sayangnya alat musik itu bukan karinding…
Karinding yang Mencari Celah Hidup.
KEHIDUPAN memang sudah berubah. Dulu, di wilayah yang dipenuhi sawah dengan udara yang masih segar karena minimnya polusi serta suasana yang lebih hening daripada sekarang, masyarakat masih dapat menghibur diri sendiri dengan memainkan alat musik yang bernama karinding.
Namun sekarang? Dengan kondisi yang sudah berubah, sawah semakin sedikit tergantikan oleh pemukiman, atau pusat-pusat perbelanjaan dan industri, suasana pun menjadi lebih ramai dan hiruk-pikuk. Sarana menghibur diri? Sudah lebih banyak media yang memberikannya seperti radio, televisi, ataupun alat musik yang lebih populer seperti gitar dan lainnya.
Tentu saja hal itu membuat penggunaan alat-alat musik buhun menjadi tersingkir. Termasuk alat musik semacam karinding yang biasa dimainkan secara individual di daerah Jawa Barat. Ia semakin terpinggirkan dan dilupakan keberadaannya di Jawa Barat. Bahkan dianggap punah dan sudah tidak “dibudidayakan” lagi penggunaannya. Modernitas memang selalu mengorbankan banyak hal.
Karinding terbuat dari bilah bambu tipis berukuran panjang sekitar 15 cm dengan lebar sekitar 1,5 cm. Pada bagian tengah dibelah halus sehingga terbentuk semacam lidah memanjang yang dapat bergetar bila salah satu ujung alat ini kita pukul dengan jari. Untuk memainkan alat ini kita harus menempelkan bagian lidah yang bergetar di depan mulut yang berfungsi sebagai resonator. Dengan memain-mainkan rongga mulut kita dapat membuat beberapa karakter bunyi dengungan pendek yang menarik.
Alat musik semacam ini sebetulnya dikenal cukup luas dengan berbagai ragam bentuk dan nama, seperti genggong di Bali dan Lombok, ginggung di Madura, tung di masyarakat Dayak Kayan atau saga-saga di masyarakat Batak. Di Eropa juga dikenal alat sejenis dengan sebutan jew’s harp namun umumnya terbuat dari bahan metal. Walaupun peredaran alat musik ini cukup mendunia, namun konon asal-muasalnya adalah dari Asia Tenggara.
Di beberapa daerah di Indonesia, ada cukup banyak fungsi sosial alat musik ini walaupun pada umumnya lebih dipergunakan sebagai sarana menghibur diri. Pemuda Mandailing di Tapanuli Selatan menggunakannya untuk memberikan semacam tanda atau pesan kepada perempuan idaman yang berada di dalam rumah. Perempuan Dayak menggunakannya untuk membangunkan sang suami agar segera berangkat ke ladang. Sedang di Jawa Barat, menurut Entang Sumarna yang biasa dipanggil Abah, di masa mudanya karinding sering dipakai sebagai alat hiburan kala beramai-ramai memanen sawah atau saat menyambut datangnya gerhana. Tak jarang pula dipergunakan sebagai sarana hiburan pada waktu berpacaran.
Entang Sumarna dikenal masyarakat desa Sindang Pakuwon (Parakan Muncang) Cicalengka sebagai generasi terakhir yang masih mampu membuat karinding. Namun di usianya yang sudah menginjak 74 tahun, Abah merasa semakin kesulitan untuk melanjutkan pembuatan karinding terutama pada bagian lidah yang memerlukan ketelitian tinggi. Kalau sekedar memainkan, Abah masih menampakkan semangat yang tinggi walaupun kadang mengeluh juga karena usianya yang membuatnya cepat kehabisan napas.
Untunglah seorang putranya, Endang Sugriwa atau dikenal dengan nama panggilan Kolot, akhirnya menaruh minat pada seni ini. Mulai setahun lalu, Kolot menanggapi perubahan zaman dengan sedikit berbeda, dia justru belajar membuat karinding dengan tekun. Walau sejak kecil sudah dapat memainkan karinding, namun baru belakangan ini saja Kolot secara intensif menggaulinya. Kemudian, dengan mengajak sejumlah teman yang juga tertarik, Kolot mulai mereka-reka kemungkinan yang dapat dilakukannya. Di antaranya membuat adaptasi irama serta lagu buhun untuk menjadi repertoar permainan karinding dalam format ensembel, selain mengarang sendiri lagu yang disesuaikan dengan karakter alat musik yang dipergunakan. Alat musik lain yang ditambahkan dalam ensembel ini adalah alat musik bambu yang cara memainkannya mirip kolintang. Alat ini disebut celempung yang dalam ensembel berfungsi sebagai kendang, kosrek dan ridu-ridu yang merupakan tiruan dari alat musik tradisional aborijin didgeridoo dengan fungsi sebagai gong, serta vokal.
Kelompok yang kemudian terbentuk ini diberi nama Giri Kerenceng, mengambil nama gunung di daerah itu. Jumlah personilnya sekitar 8 orang. Mungkin karena masih kurang dikenal, kesempatan untuk tampil bersama kelompok masih belum banyak didapatkan. Kolot dkk cukup menyadari hal ini sehingga tidak terlalu kecewa atas kondisi ini. Namun lewat beberapa rekan seniman lain, Kolot dkk mendapatkan beberapa kesempatan untuk memberikan workshop pembuatan karinding ke beberapa daerah di Jawa Barat. Hasilnya, beberapa siswa peserta workshop nampaknya dapat diharapkan mampu membuat karinding dengan baik. Tentunya diharapkan melalui proses ini dapat terjadi semacam revitalisasi bagi seni karinding ini. Hal tersebut dapat ditangkap dari sikap Kolot yang bersemangat bila ada undangan melakukan workshop.
Dari seluruh personil Giri Kerenceng, hanya Kolotlah yang mahir dalam pembuatan karinding, sehingga produksi karinding tidak dapat dilakukan dalam jumlah banyak. Beberapa pesanan yang datang kemudian tak dapat dipenuhi bila jumlahnya melebihi kemampuan, maklum dari sekitar 10 usaha pembuatan dalam satu hari, paling-paling hanya 2 atau 3 buah saja yang dapat dikatakan memenuhi syarat karakter bunyi yang baik. Pada karinding buatannya, Kolot menambahkan karet pengikat pada badan resonator bambu sebagai penjepit karinding. Resonator dibuat dengan berbagai ukuran, mulai dari yang berukuran panjang sekitar 20 cm hingga yang mencapai 1 meter. Badan resonator diberi hiasan relief sederhana. Beberapa resonator yang berukuran besar diberi penutup pada bagian atas sebagai pelindung karinding agar tidak mudah rusak bila dibawa-bawa bepergian.
Memang belum banyak yang dapat diproduksi dan dijual. Selama ini kadang-kadang saja ada peminat dalam jumlah kecil. Namun seorang rekan seniman mencoba membawa beberapa buah karinding buatannya ke Amerika serta memperkenalkannya pada seorang Denmark yang merekamnya dalam bentuk video, konon untuk tayangan televisi di sana.
Begitulah kesederhanaan menanggapi zaman yang dilakukan oleh Kolot dkk, seperti yang dikatakannya, “saukur neruskeun seni karuhun, dan generasi (panerus) na tos seep..”. Mungkin kita bisa renungkan lagi semangat semacam ini sambil menikmati dengungan didgeridoo, hentakan tabla atau jembe (dan bukan karinding) dalam rekaman-rekaman chillout music atau lounge music yang diputarkan di kafe-kafe bertaraf internasional di seluruh dunia.


Yakin. Sabar. Sadar.
Teguh keyakinan dalam mengarungi arus kehidupan. Senantiasa sabar dalam menghadapi setiap cobaan. Tetap sadar diri dalam setiap keadaan.
Sungguh unik dan menawan, dimana sebuah instrumen bambu mungil yang tampak begitu rapuh, bisa mengajarkan filosofi kehidupan yang luas. Karinding,sebuah alat musik tradisional khas Sunda yang keberadaannya saat ini termasuk langka diciptakan oleh para karuhun (leluhur/orang tua) Sunda dengan berbagai macam maksud dan makna. Di balik berbagai macam kisah tentang asal mula alat ini, ada sebuah sumber yang bercerita bahwa yang pertama menciptakan alat ini adalah Aki Karinding (jadi berasal dari nama penciptanya) ribuan tahun silam. Konon kisah legendanya adalah alat ini diciptakan sebagai sebuah bentuk persemedian / terapi dan sebagai doa untuk menjaga keseimbangan alam.
Perkembangan selanjutnya dan apa yang bisa ditemukan dari berbagai sumber lain adalah alat ini konon digunakan untuk memikat hati wanita dengan bunyinya yang khas dan unik. Meski cara memainkannya sama (dipukul atau di-toel) bunyi yang dihasilkannya akan berbeda tergantung dari individu yang memainkannya. Itu karena setiap orang memiliki konstruk mulut yang berbeda dan bentuk tarikan nafas setiap orang pun bervariasi. Karena suara yang dihasilkannya termasuk dalam kategori low decibel, karinding digunakan oleh para orang tua untuk mengusir hama di ladang sekaligus sebagai penghibur dan pengusir sepi di malam hari. Karinding merupakan bukti betapa cerdas dan kreatifnya orang tua Sunda yang hanya dengan menggunakan bahan bambu yang dibentuk dalam desain yang simpel dan sederhana mampu menghasilkan jenis suara ultrasonik yang pada jaman sekarang dihasilkan oleh alat-alat yang modern dan kompleks.
Filosofi kehidupannya dapat dimaknai dimulai dari cara menggenggamnya yang membutuhkan kekohohan jari telunjuk dan jempol yang berarti teguh akan keyakinan. Lalu cara memainkannya yang mengajarkan kesabaran karena tidak sembarang sentuhan atau pukulan menghasilkan reaksi bunyi yang tepat. Dan yang terakhir kesadaran diri yang didapat dari tiap tarikan atau tiupan nafas yang merupakan bukti kemawasan diri akan kehidupan ini.
Dibutuhkan keharmonian dari seluruh unsur ini (genggaman, pukulan, tiupan) untuk mendapatkan nada karinding yang pas. Seperti halnya kehidupan yang membutuhkan ketiga prinsip kehidupan tadi (keyakinan, kesabaran, kesadaran) agar terciptanya keharmonian dan keseimbangan diri.

Mari kita lestarikan setiap budaya unik yang kita miliki. Jangan biarkan semuanya terhapus oleh waktu.
Care and Preserve our culture.

Sumber: Mang Gingin (Seniman / Budayawan Sunda) dan dari berbagai artikel lain.


Karinding besar dan kecil : IDR 35.000


The Acacia Hadirkan Budaya Jawa dalam Exotif of Java

Finroll.com - Melestastarikan budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya kegiatan promo yang dilakukan oleh Hotel The Acacia Jakarta, yang berlokasi di kawasan bisnis dan niaga Jakarta Pusat dengan menyelenggarakan The Exotic of Java.

Hotel yang terletak di jalan Kramat Raya 81 ini merupakan hotel business dan leisure berbintang 4. Dengan memiliki kamar 156 deluxe, 31 A Club, 14 Executive, 5 Suite dan 1 penthouse berusaha mengundang para tamu dengan menghadirkan budaya Jawa di bulan Juli ini.

Tak hanya itu, hotel yang menyediakan layanan koneksi internet 24 jam ini sebelumnya telah sukses dengan gelaran Nusantara Food Promotion, Sundanese dan Betawian food promotion di Promenade Café The Acacia.

Selama Bulan  Juli ini (6- 30 Juli 2011) ditempat yang sama, The Acacia menyelenggarakan promosi The Exotic of Java, dengan menghadirkan dan memperkenalkan tradisi, seni, budaya dan kuliner dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Untuk kulinernya ada Javanese Foods Promotion yang menyediakannya dalam bentuk prasmanan untuk makan siang dan malam. Para tamu dapat menikmati masakan khas sepuasnya dari berbagai kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Mulai appetizer seperti: rujak cingur, tempe mendoan, tracam, urapan, lontong balap, pelas udang, buntil, tahu guling, dan lainnya. Varian supnya ada rawon ala Surabaya, soto ayam Ambengan, soto Kudus, soto sokaraja, dan masih ada yang lainnya.

Selain itu, banyak juga hidangan utama favorite yang jadi pilihan seperti Sate Tegal, ayam bakar kalasan, sambal goreng tahu krecek, mi goreng Jawa, ayam ingkung, dendeng ragi, tongseng kambing, mangut lele,  masak nus [cumi], ayam penyet, sate sapi bumbu rempah, dan masih banyak yang lainnya. Tak lupa aneka krupuk, sambal dan lalapan juga disediakan.

Tidak berhenti disitu, untuk melengkapi Javanese Foods Promotion, juga menyediakan berbagai hidangan penutup. Hidangan ini buka dari Senin hingga Jumat setiap jam makan siang dan makan malam. Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu The Acacia menyediakan melalui pesanan minumum 30 paks.

Selain itu ada Waroeng Bengawan Solo di Fountain Bar yang menyajikan hi tea buffet ala Jawa juga mocktail of the month Melon Breeze sepanjang Juli ini. Bahkan untuk membuka promo tersebut, manajemen The Acacia Jakarta juga menggelar media gathering The Exotic of Java di Promenade Café.

Dalam peresmian tersebut, juga dihadiri para tamu hotel, undangan dan media. Mereka pun disuguhi tari-tarian pembuka kas Jawa, seperti Gambyong dan Golek Cluntang. Sedangkan iringan musik gending Jawa memenuhi ruang lobi yang telah dihias dengan berbagai pernak-pernik Jawa.

Uniknya acara tersebut juga di isi dengan adanya replika Bima Sena, Jamu Gendong bahkan bola dunia mengambarkan Gatot Kaca turun ke bumi yang terbuat dari mentega. Replica ini pun dibuat oleh Culinary Artist The Acacia Jakarta langsung, Giri Subagio.

Promosi ini bertepatan dengan momen penting yaitu peluncuran satelit Palapa yang diperingati pada 9 Juli. Acara ini pun diwakili oleh Leonard Nugroho selaku Entertainment Manager The Acacia Jakarta.

Ditandai dengan pemberian hidangan Javanese Foods Promotion pertama kepada perwakilan Media yang berasal dari Jawa Tengah / Jawa Timur. Photo bersama dan ramah - tamah The Exotic Of Java diharapkan ini menjadi awal atau menambah menyatukan tekad untuk melestarikan dan mencintai budaya Nusantara dalam keramahan dan keakraban jamuan The Exotic of Java. (way)


Buah Lokal yang Bermanfaat bagi Kesehatan



Sebagian orang mengosumsi buah-buahan, karena buah-buahan sebagai makanan yang sehat diperlukan oleh tubuh. Beraneka macam buah dengan berbagai kandungan vitamin dan mineral dapat kita temui. Mulai dari buah lokal sampai buah impor. Artikel kali ini akan membahas berbagai buah lokal yang dikenal dan tidak kalah gizinya dengan buah impor. Berbagai buah lokal di Indonesia merupakan buah yang memiliki rasa yang nikmat. Buah-buahan ini merupakan jenis buah tropis. Ternyata berbagai buah lokal ini selain nikmat untuk disantap memiliki banyak manfaat bahkan untuk kesehatan.
Berikut beberapa buah-buahan lokal yang bermanfaat bagi kesehatan:
Kesemek
Kesemek merupakan buah yang seperti memakai bedak, karena pada bagian kulitnya terdapat bagian putih yang seperti bedak. Dapat digunakan untuk menjaga kesehatan gigi karena mengandung fluoride serta berguna untuk menjaga kesehatan gusi dan mulut.
Sawo
Sawo matang merupakan salah satu jenis warna kulit yang biasa diberikan bagi yang memiliki kulit sedikit gelap. Hal ini tidak mengherankan karena kulit dan daging buah sawo berwarna cokelat dengan rasa yang sangat manis. Kaya akan karbohidrat karena 20% bagiannya terdiri dari gula. Sawo mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C dan kandungan potasium yang tinggi sehingga baik untuk menjaga kesehatan pembuluh darah.
Jambu Air
Jambu air dengan warna merah atau hijau yang khas. Buah ini banyak mengandung air. Buah yang langsung dimakan dengan kulitnya ini memiliki kandungan vitamin A, C, kalsium dan protein. Manfaatnya untuk menjaga kelembapan kulit dan serat untuk pencernaan.
Jambu Biji Merah
Jambu biji merupakan buah dengan kandungan vitamin C yang sangat tinggi selain kandungan kalsium, zat besi, fosfor, vitamin A dan B1. Sebaiknya memakan buah ini beserta kulitnya karena pada daging dekat kulit yang mengandung vitamin C paling banyak.
Jeruk Bali
Jeruk bali memiliki kulit yang tebal dan seperti spons. Bentuknya seperti jeruk, tetapi dalam ukuran yang lebih besar dan berwarna putih atau merah muda. Flavonoid, pektin dan likopen merupakan senyawa yang terdapat di dalamnya. Berfungsi untuk menurunkan kolesterol, mencegah anemia dan mengurangi risiko penyakit jantung. Selain itu, kulit dari jeruk bali bisa dibuat menjadi berbagai kerajinan yang menarik.
Belimbing
Starfruit adalah namanya dalam bahasa Inggris. Buah belimbing ini memang berbentuk bintang dengan lima sudut. Kandungan vitamin E di dalamnya bermanfaat untuk kecantikan kulit. Buah ini juga dipercaya dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Sirsak
Sirsak biasa dimakan dengan ditambahkan gula, sirop atau dibuat jus. Kulitnya berwarna hijau dan daging berwarna putih. Manfaatnya sebagai pengatur kadar gula dalam darah dan melawan bakteri dalam tubuh.


Darso, Michael Jackson, dan Budaya Pop Sunda


OPINI | 13 September 2011 | 13:05Dibaca: 382   Komentar: 6   Nihil

Dunia musik di tanah sunda kembali kehilangan seniman besarnya. Darso yang bernama lengkap Hendarso (66 Tahun) menghembuskan nafas terakhir kemarin sore.Belum ada pernyataan resmi penyebab kematiannya namun di perkirakan karena kelelahan, setelah serangkain acara halal bihalal yang diikutinya di kabupaten Bandung. Seniman Sunda mengaku kehilangan sosok Darso yang namanya begitu melekat di seantero Jawa Barat. Bagi rekan sejawatnya, ‘Dewa Calung’ yang musiknya bergenre Pop Sunda ini merupakan seorang legenda (Detik.com).
Terhenyak juga aku membaca berita duka pagi ini. Lagu-lagu pop sunda pernah sangat akrab ditelingaku beberapa tahun lalu ketika masih kuliah di Bandung. Teman-teman kos yang berasal dari Sumedang, Garut, Tasik seringkali memutar lagu jenis ini. Doel Sumbang, Nining Meida, Darso merupakan nama-nama yang sudah tidak asing lagi buat penggemar lagu-lagu sunda. Lirik-lirik yang jenaka dan dekat dengan keseharian masyarakat menjadikan lagu mereka sangat akrab di telinga penggemarnya.
Kreativitas seniman-seniman sunda berhasil mengkolaborasikan instrument music etnik dan modern dengan apik. Budaya pop yang memang banyak di gandrungi oleh generasi sekarang, di padukan dengan budaya sunda. Lagu berlirik sunda bisa dipadukan dengan berbagai macam genre music yang sedang tren saat ini. Pop, Rock bahkan Rap berhasil dipadukan dengan music etnik sunda. Hasilnya lagu-lagu pop sunda tetap digemari setidaknya di daerah-daerah komunitas orang sunda tentunya.
1315893755174926951
Untuk masyarakat sunda,Darso merupakan seseorang yang sangat fenomenal. Wajahnya jauh dari kesan ganteng, namun setiap Kemunculannya serasa menyihir orang yang menyaksikannya. Kacamata Hitam dan baju panggung ala Michael Jackson adalah trade mark nya. Musik Calung adalah bagian tak terpisahkan dari lagu-lagu pop sunda yang di bawakannya. Baru melihat penampilan kostum panggungnya saja dijamin kita akan langsung tersenyum. Belum lagi bila menyimak lirik-lirik dan aksi panggungnya
Melihat penampilan Darso secara live lebih seru lagi. Dulu pernah satu kali menyaksikan aksi panggungnya di suatu acara music di Bandung. Performancenya di atas panggung sangat mumpuni untuk di bilang Pop Star. Aksi panggung yang nyeleneh, eksentrik dan kocak membuatnya benar-benar seorang seniman sejati. Darso bukan hanya seorang penyanyi, dia adalah seorang penghibur yang dicintai penggemarnya.
Penampilannya yang sering menggunakan atribut dan kostum panggung ala Michael Jacson membuatnya kerap di panggil King Of Pop Sunda. Perumpamaan yang rasanya memang pantas disandangnya. Selama 45 tahun berkarya di music pop sunda sudah sekiatar 300 album di hasilkannya. Beberapa diantaranya adalah lagu yang sangat fenomenal dan bertahan hingga saat ini. Lagu-lagu seperti Dina Amparan sajadah, Kabogooh Jauh, dan Maribaya merupakan lagu pop sunda yang wajib dinyanyikan disetiap penampilan. Diluar panggung, Darso dikenal sebagai probadi yang sangat bersahaja, santun dan mudah bergaul dengan kalangan mana saja.
Kerinduanku meyaksikan aksi para penyanyi Pop Sunda, baru saja terobati beberapa bulan ini. Televisi lokal yang ada di Bogor seperti MGS TV rutin menyiarkan lagu-lagu pop sunda. Penampilan Darso pun kerap kali dapat kita nikmati dI stasiun TV ini. Rasanya baru kemarin menyaksikan Darso menjadi Host acara di MGS TV, menyaksikan aksi dan bodoran khas nya.
Selamat jalan Kang Darso, semoga diterima disisi Allah SWT. Karya mu tidak akan lekang oleh jaman. Selamat jalan, The Phenomenon, King Of Pop Sunda.


KEBUDAYAAN DAN ZAMAN

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai kebudayaan. Hal ini juga tidak terlepas dari zaman yang berlaku saat itu ataupun sekarang, oleh karena itu saya akan membahas keduanya secara sekaligus namun titik fokusnya tetap ada pada pembahasan mengenai kebudayaan. Sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya kalau kita mengertikebudayaan itu apa.

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti budi atau akal (buddhayah), sedangkan dalam bahasa Inggris adalah culture yang berasal dari bahasa latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Namun di Indonesia terkadang culture diartikan secara berbeda yaitu sebagai kultur. Secara tidak langsung kita dapat mengambil kesimpulan mengenai pengertian dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan suatu hasil dari buah pikir atau akal dari manusia yang menjadi cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok masyarakat tertentu dan diwariskan secara generasi ke generasi.

Kebudayaan bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Sebab kebudayaan terbentuk dari banyak unsur yang rumit termasuk juga agama. Menurut Melville J. Herskovits, kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yang membangunnya yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Walau jumlahnya sama namun unsur pembangun kebudayaan berbeda dengan pendapat dari Bronislaw Malinowski. Menurutnya unsur-unsur tersebut terdiri dari sistem norma sosial, organisasi ekonomi, alat-alat serta lembaga-lembaga pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) dan organisasi kekuatan (politik).

Setelah saya membahas sekilas apa itu kebudayaan maka, sekarang saya akan membahas masalah intinya. Sudah menjadi rahasia umum kalau tanah air tercinta kita ini memiliki segudang kebudayaan yang khas. Contoh dari kebudayaan bangsa kita diantara lain, batik, wayang kulit, keris, dan masih banyak lagi. Beberapa dari kebudayaan tersebut telah diakui oleh UNESCO.

Dewasa ini hampir seluruh kawula muda jarang meminati kebudayaan negara sendiri, entah alasan karena sudah jadul atau nggak ngetrend lagi atau apalah. Bahkan hampir tidak meminati sama sekali dan justru meminati budaya luar. Padahal suatu kebudayaan akan dapat terus terjaga dan lestari jika generasi penerusnya mau mempelajari, melanjutkan serta menjaga kebudayaan yang telah ada agar tetap eksis dan bertahan. Jika hal ini terus terjadi maka tidak mustahil kalau kebudayaan kita ini akan hancur bersama zaman.


Hal ini membuat generasi muda menjadi cuek dengan budaya mereka sendiri. Sehingga mereka tidak paham dengan betapa pentingnya kebudayaan itu. Karena kebudayaan merupakan ciri khas serta jati diri dari suatu negara atau bangsa. Ketika negara lain mengakui kebudayaan kita sebagai bagian dari kebudayaan milik mereka. Barulah kita marah dan peduli dengan kebudayaan kita tersebut. Namun ketika permasalahan mereda, maka kita kembali cuek dengan budaya tersebut.

Seperti yang kita tahu, sudah banyak kasus seperti yang saya sebutkan barusan  telah terjadi. Sebenarnya hal tersebut bisa kita cegah jika saja para generasi muda mau peduli serta meneruskan kebudayaan yang telah kita miliki dan justru tidak sibuk dengan kebudayaan luar. Boleh saja kita mempelajari kebudayaan bangsa lain supaya dapat memahami keadaan dan kehidupan bangsa tersebut, tapi jauh lebih baik kalau kita mau mempelajari kebudayaan bangsa kita sendiri. Selain itu, kita juga harus segera mematenkan hak cipta dan hak milik atas kebudayaan tersebut. Agar tidak ada lagi pihak-pihak yang berniat mengakui kebudayaan milik kita apalagi mau mematenkan kalau kebudayaan tersebut benar-benar milik mereka. hal tersebut sangat membahayakan sekali.

Seharusnya kita bangga dengan kebudayaan milik kita. Kenapa ??? karena kebudayaan yang kita miliki sangat beragam dari seni musik, tari, rupa, pakaian sampai adat istiadatnya. Dan perbedaan tersebut janganlah menjadi pemicu perpecahan tapi kita jadikan sebagai media pemersatu bangsa,  sesuai dengan semboyan yang kita miliki yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Akhir kata, saya hanya mengingatkan supaya kita mau melestarikan kebudayaan yang kita miliki. Jangan sampai zaman menggerus perlahan-lahan kebudayaan kita hingga tanpa sisa. Sebab harta terpenting dari suatu bangsa atau negara bukanlah materialnya saja namun kebudayaan yang dimilikinya dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sebelum mengakhiri postingan ini, saya mau meminta maaf kalau ada penempatan kata yang kurang tepat dan kata-kata yang menyinggung perasaan kalian semua.

Wassalamualaikum.Wr.Wb


5 MACAM ALAT MUSIK TRADISIONAL INDONESIA


1. Gamelan (okestranya orang jawa)

Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pagelaran musik gamelan kini bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.
Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.
Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.
Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Anda bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.
Salah satu tempat di Yogyakarta dimana anda bisa melihat pertunjukan gamelan adalah Kraton Yogyakarta. Pada hari Kamis pukul 10.00 - 12.00 WIB digelar gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri. Hari Sabtu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring wayang kulit, sementara hari Minggu pada waktu yang sama digelar musik gamelan sebagai pengiring tari tradisional Jawa. Untuk melihat pertunjukannya, anda bisa menuju Bangsal Sri Maganti. Sementara untuk melihat perangkat gamelan tua, anda bisa menuju bangsal kraton lain yang terletak lebih ke belakang.








2.Kecapi

kacapi
Kacapi merupakan alat musik petik yang berasal dari Jawa Barat, biasa digunakan sebagai pengiring suling sunda atau dalam musik lengkap, sampai saat ini masih terus dilestarikan dan dijadikan kekayaan seni Sunda yang sangat bernilai bagi masyarakat asli Jawa Barat.
Membutuhkan latihan khusus untuk dapat memainkan alat musik ini dengan penuh penghayatan, tak jarang latihan dilakukan di alam terbuka agar dapat menyatukan rasa dan jiwa sang pemetik Kacapi, lebih dari itu semua suara yang dihasilkan dari alat musik ini akan menenangkan jiwa para pendengarnya, dan mampu membawa suasana alam Pasundan di tengah-tengah pendengar yang mulai terhanyut dengan buaian nada-nada yang indah dari Kacapi.
















Angklung.


Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Laras (nada) alat musik angklung sebagai musik tradisi Sunda kebanyakan adalahsalendro dan pelog.
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.

Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di JasingaBogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya di mainkan oleh anak- anak pada waktu itu.[rujukan?]
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.






                                                                                 



4 Calung 


Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dariangklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga melekat dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.

















 Perkembangan

 Jenis calung yang sekarang berkembang dan dikenal secara umum yaitu calung jinjing. Calung jinjing adalah jenis alat musik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Sunda, misalnya pada masyarakat Sunda di daerah Sindang Heula - Brebes, Jawa tengah, dan bisa jadi merupakan pengembangan dari bentuk calung rantay. Namun di Jawa Barat, bentuk kesenian ini dirintis popularitasnya ketika para mahasiswa Universitas Padjadjaran (UNPAD) yang tergabung dalam Departemen Kesenian Dewan Mahasiswa (Lembaga kesenian UNPAD) mengembangkan bentuk calung ini melalui kreativitasnya pada tahun 1961. Menurut salah seorang perintisnya, Ekik Barkah, bahwa pengkemasan calung jinjing dengan pertunjukannya diilhami oleh bentuk permainan pada pertunjukan reog yang memadukan unsur tabuh, gerak dan lagu dipadukan. Kemudian pada tahun 1963 bentuk permainan dan tabuh calung lebih dikembangkan lagi oleh kawan-kawan dari Studiklub Teater Bandung (STB; Koswara Sumaamijaya dkk), dan antara tahun 1964 - 1965 calung lebih dimasyarakatkan lagi oleh kawan-kawan di UNPAD sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan dan informasi (penyuluhan (Oman Suparman, Ia Ruchiyat, Eppi K., Enip Sukanda, Edi, Zahir, dan kawan-kawan), dan grup calung SMAN 4 Bandung (Abdurohman dkk). Selanjutnya bermunculan grup-grup calung di masyarakat Bandung, misalnya Layung Sari, Ria Buana, dan Glamor (1970) dan lain-lain, hingga dewasa ini bermunculan nama-nama idola pemain calung antara lain Tajudin Nirwan, Odo, Uko Hendarto, Adang Cengos, dan Hendarso.
Perkembangan kesenian calung begitu pesat di Jawa Barat, hingga ada penambahan beberapa alat musik dalam calung, misalnya kosrek, kacapi, piul (biola) dan bahkan ada yang melengkapi dengan keyboard dan gitar. Unsur vokal menjadi sangat dominan, sehingga banyak bermunculan vokalis calung terkenal, seperti Adang Cengos, dan Hendarso.




5 Saron

Saron (atau disebut juga ricik) adalah salah satu instrumen gamelan yang termasuk keluarga balungan.
Dalam satu set gamelan biasanya punya 4 saron, dan kesemuanya memiliki versi pelog dan slendro. Saron menghasilkan nada satu oktaf lebih tinggi daripada demung, dengan ukuran fisik yang lebih kecil. Tabuh saron biasanya terbuat dari kayu, dengan bentuk seperti palu.